Mengenal Suku Betawi
Hallo Sobat JPG !
Kali ini admin mau ngupas nih tentang budaya asli dari Jakarte, apalagi kalo bukan budaya Betawi :D
kebetulan disini admin sebagai orang Betawi tulen juga, makanya admin sempetin dipagi hari yang cerah ini walaupun masih ngantuk karna gak bisa tidur semaleman tapi admin bela"in deh buat bikin artikel tentang Betawi :)
Asal Usul Betawi
Suku Betawi berasal dari hasil kimpoi-mawin antaretnis dan bangsa di masa lalu. Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Apa yang disebut dengan orang atau suku Betawi sebenarnya terhitung pendatang baru di Jakarta. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta, seperti orang Sunda, Jawa, Arab, Bali, Sumbawa, Ambon, Melayu dan Tionghoa.menurut sumber yang admin kutip, ternyata Suku Betawi itu berasal dari hasil campuran antar etnis dan bangsa di masa lalu (wah berarti orang betawi punya banyak turunan nih xD), dari sumber tersebut diketahui bahwa suku campuran Betawi itu berasal dari Belanda (waduh admin jadi berasa bule belande nih).
Sejarah
Diawali oleh orang Sunda (mayoritas), sebelum abad ke-16 dan masuk ke dalam Kerajaan Tarumanegara serta kemudian Pakuan Pajajaran. Selain orang Sunda, terdapat pula pedagang dan pelaut asing dari pesisir utara Jawa, dari berbagai pulau Indonesia Timur, dari Malaka di semenanjung Malaya, bahkan dari Tiongkok serta Gujarat di India.Antropolog Universitas Indonesia, Dr. Yasmine Zaki Shahab, MA memperkirakan, etnis Betawi baru terbentuk sekitar seabad lalu, antara tahun 1815-1893. Perkiraan ini didasarkan atas studi sejarah demografi penduduk Jakarta yang dirintis sejarawan Australia, Lance Castle. Di zaman kolonial Belanda, pemerintah selalu melakukan sensus, yang dibuat berdasarkan bangsa atau golongan etnisnya. Dalam data sensus penduduk Jakarta tahun 1615 dan 1815, terdapat penduduk dari berbagai golongan etnis, tetapi tidak ada catatan mengenai golongan etnis Betawi.
Rumah Bugis di bagian utara Jl. Mangga Dua di daerah kampung Bugis yang dimulai pada tahun 1690. Pada awal abad ke 20 ini masih terdapat beberapa rumah seperti ini di daerah Kota. Hasil sensus tahun 1893 menunjukkan hilangnya sejumlah golongan etnis yang sebelumnya ada. Misalnya saja orang Arab dan Moor, orang Jawa dan Sunda, orang Sulawesi Selatan, orang Sumbawa, orang Ambon dan Banda, dan orang Melayu.
Asal Usul nama Betawi
Kata Betawi digunakan untuk menyatakan suku asli yang menghuni Jakarta dan bahasa MelayuKreol yang digunakannya, dan juga kebudayaan Melayunya. Kata Betawi sebenarnya berasal dari kata "Batavia," yaitu nama kuno Jakarta yang diberikan oleh Belanda.
ya emang betul kata Betawi itu diperuntukan untuk orang" yang memang sedari lahir nenek moyangnya tinggal di Jakarta (dulunya disebut Batavia) maka dari nama Batavia itulah jadilah nama Betawi yang kita kenal sekarang.
Suku Betawi
Pada tahun 1930, kategori orang Betawi yang sebelumnya tidak pernah ada justru muncul sebagai kategori baru dalam data sensus tahun tersebut. Jumlah orang Betawi sebanyak 778.953 jiwa dan menjadi mayoritas penduduk Batavia waktu itu.Antropolog Universitas Indonesia lainnya, Prof Dr Parsudi Suparlan menyatakan, kesadaran sebagai orang Betawi pada awal pembentukan kelompok etnis itu juga belum mengakar. Dalam pergaulan sehari-hari, mereka lebih sering menyebut diri berdasarkan lokalitas tempat tinggal mereka, seperti orang Kemayoran, orang Senen, atau orang Rawabelong.
Pengakuan terhadap adanya orang Betawi sebagai sebuah kelompok etnis dan sebagai satuan sosial dan politik dalam lingkup yang lebih luas, yakni Hindia Belanda, baru muncul pada tahun 1923, saat Husni Thamrin, tokoh masyarakat Betawi mendirikan Perkoempoelan Kaoem Betawi. Baru pada waktu itu pula segenap orang Betawi sadar mereka merupakan sebuah golongan, yakni golongan orang Betawi.
Ada juga yang berpendapat bahwa orang Betawi tidak hanya mencakup masyarakat campuran dalam benteng Batavia yang dibangun oleh Belanda tapi juga mencakup penduduk di luar benteng tersebut yang disebut masyarakat proto Betawi. Penduduk lokal di luar benteng Batavia tersebut sudah menggunakan bahasa Melayu, yang umum digunakan di Sumatera, yang kemudian dijadikan sebagai bahasa nasional. Hal ini terjadi karena pada abad ke-6, kerajaan Sriwijaya menyerang pusat kerajaan Tarumanagara yang terletak di bagian utara Jakarta sehingga pengaruh bahasa Melayu sangat kuat disini.
Selain itu, perjanjian antara Surawisesa (raja Kerajaan Sunda) dengan bangsa Portugis pada tahun 1512 yang membolehkan Portugis untuk membangun suatu komunitas di Sunda Kalapa mengakibatkan perkimpoian campuran antara penduduk lokal dengan bangsa Portugis yang menurunkan darah campuran Portugis. Dari komunitas ini lahir musik keroncong.
Bahasa Betawi
Sifat campur-aduk dalam dialekBetawi adalah cerminan dari kebudayaan Betawi secara umum, yang merupakan hasil perkimpoian berbagai macam kebudayaan, baik yang berasal dari daerah-daerah lain di Nusantara maupun kebudayaan asing.Ada juga yang berpendapat bahwa suku bangsa yang mendiami daerah sekitar Batavia juga dikelompokkan sebagai suku Betawi awal (proto Betawi). Menurut sejarah, Kerajaan Tarumanagara, yang berpusat di Sundapura atau Sunda Kalapa, pernah diserang dan ditaklukkan oleh kerajaan Sriwijaya dari Sumatera. Oleh karena itu, tidak heran kalau etnis Sunda di pelabuhan Sunda Kalapa, jauh sebelum Sumpah Pemuda, sudah menggunakan bahasa Melayu, yang umum digunakan di Sumatera, yang kemudian dijadikan sebagai bahasa nasional.
Karena perbedaan bahasa yang digunakan tersebut maka pada awal abad ke-20, Belanda menganggap orang yang tinggal di sekitar Batavia sebagai etnis yang berbeda dengan etnis Sunda dan menyebutnya sebagai etnis Betawi (kata turunan dari Batavia). Walau demikian, masih banyak nama daerah dan nama sungai yang masih tetap dipertahankan dalam bahasa Sunda seperti kata Ancol, Pancoran, Cilandak, Ciliwung, Cideng (yang berasal dari Cihideung dan kemudian berubah menjadi Cideung dan tearkhir menjadi Cideng), dan lain-lain yang masih sesuai dengan penamaan yang digambarkan dalam naskah kuno Bujangga Manik[1] yang saat ini disimpan di perpustakaan Bodleian, Oxford, Inggris.
Meskipun bahasa formal yang digunakan di Jakarta adalah Bahasa Indonesia, bahasa informal atau bahasa percakapan sehari-hari adalah Bahasa Indonesia dialek Betawi.
Seni dan Kebudayaan Betawi
TARI TOPENG BETAWI |
Tari Topeng Betawi adalah salah satu tarian adat masyarakat betawi di Jakarta yang menggunakan topeng sebagai ciri khasnya. Tarian ini merupakan perpaduan antara seni tari, music, dan nyanyian. Seperti pertunjukan teater atau opera, penari menari dengan di iringi suara music dan nyanyian. Tari Topeng Betawi lebih bersifat teatrikal dan komunikatif lewat gerakan.
ONDEL ONDEL BETAWI |
Ondel – ondel adalah boneka raksasa yang terbuat dari anyaman bambu yang di hiasi dengan pakaian dan pernak pernik asesoris yang membuatnya terlihat seperti manusia. Dalam pertunjukannya boneka ini biasanya di gerakkan oleh seseorang yang ada di dalamnya dengan di iringi musik khas betawi. Pertunjukan ondel – ondel biasanya di diadakan dalam rangka pesta rakyat seperti pesta panen, penyambutan tamu, pernikahan dan dan perayaan resmi lainnya. Sehingga boneka ondel – ondel menjadi salah satu icon besar dalam pesta perayaan ibukota Jakarta.
TANJIDOR |
Tanjidor adalah musik tradisional khas masyarakat Betawi yang sering di mainkan secara berkelompok. Dengan beberapa instrument musik yang di mainkan secara bersamaan sehingga menghasilkan nada yang padu dan dinamis. Alat musik ini banyak di pengaruhi oleh musik dari Eropa yang di bawa oleh para penjajah pada masa Hindia Belanda.
GAMBANG KROMONG |
Gambang Kromong adalah kesenian musik tradisional dari Betawi dengan memadukan alat musik Gamelan dan alat musik dari Tionghoa. Kesenian musik tradisional ini merupakan hasil akulturasi budaya antara budaya Tionghoa dan pribumi. Nama Gambang Kromong sendiri diambil dari nama kedua alat musik yang di mainkan yaitu gambang dan kromong.
LENONG BETAWI |
Lenong adalah sandiwara atau teater tradisional masyarakat betawi di Jakarta. Cerita yang di gunakan dalam kesenian lenong biasanya berisi tentang nilai moral yang ada pada kehidupan sehari – hari. Dalam pertunjukan lenong sangat kental akan budaya betawi, dengan bahasa, seting panggung dan busana yang di gunakan merupakan ciri khas budaya betawi.
Kepercayaan/Agama
Orang Betawi sebagian besar menganut agama Islam, tetapi yang menganut agama Kristen; Protestan dan Katholik juga ada namun hanya sedikit sekali. Di antara suku Betawi yang beragama Kristen, ada yang menyatakan bahwa mereka adalah keturunan campuran antara penduduk lokal dengan bangsa Portugis. Hal ini wajar karena pada awal abad ke-16, Surawisesa, raja Sunda mengadakan perjanjian dengan Portugis yang membolehkan Portugis membangun benteng dan gudang di pelabuhan Sunda Kalapa sehingga terbentuk komunitas Portugis di Sunda Kalapa. Komunitas Portugis ini sekarang masih ada dan menetap di daerah Kampung Tugu, Jakarta Utara
Tokoh Tokoh Betawi
Sebenarnya ada banyak sekali Tokoh-Tokoh betawi yang terkenal, akan tetapi tidak semua tokoh betawi membuka indentitasnya sebagai orang betawi, mungkin karena Tokoh tersebut berdarah campuran antara betawi dengan suku lain.
oke berikut ini adalah Tokoh" Betawi yang sudah sering kita dengar :
Si Pitung
Benyamin Sueb
Haji Bolot
Malih Tong-tong
Haji Tile
Bokir bin Djiun
Mpok Nori
Makanan khas Betawi
nah kini saatnya kita bahas makanan khas dari betawi nih, kalo admin sih semua makanan suka, apalagi kalo gratis xD.
oke mari kita liat apa aja sih makanan khas dari Betawi itu :
Kerak Telor
Ini dia nih makanan khas Betawi favorit admin, apalagi kalo bukan Kerak Telor :D, Kerak telor ini terbuat dari bahan dasar beras ketan putih, telur ayam/bebek, ebim dan bawang merah goreng yang nantinya diberi bumbu halus meliputi cabai merah, kencur, jahe, garam, gula pasir, merica butiran, dan suiran kelapa sangrai.
walaupun ini makanan favorit admin, tapi admin jarang banget loh makan kerak telor. kenapa ? karena kerak telor susah di jangkau di daerah tempat tinggal admin, paling enggak ya admin bisa nyobain kerak telor kalau lagi jalan" aja keliling jakarta xD
Roti Buaya
Kalo ngomongin soal Roti Buaya, admin jadi kepingin kawin nih haha xD. kenapa ? soalnya Roti Buaya ini Identik dengan acara perkawinannya budaya Betawi, dimana mempelai Pria membawa seserahan kepada mempelai Wanita yang salah satunya adalah Roti Buaya, oh iya sepengalaman admin nih ya Roti Buaya ini wajib ada loh di acara pernikahan orang Betawi. gak tau kenapa sih tapi katanya Buaya itu simbol dari kesetiaan, karena Buaya dalam hidupnya itu hewan yang Monogami alias hanya menikah satu kali (beda banget ya sama istilah yang di pakai kebanyakan orang tentang Buaya darat :v)
Nasi Uduk
Siapa yang gak kenal Nasi Uduk ? makanan wajib di pagi hari bagi sebagian kalangan ini gak usah ditanya lagi soal rasanya. admin sendiri kalo makan nasi Uduk itu pasti bakal nambah xD. kenapa ? karena memang rasanya itu beda dari nasi" olahan lainnya, Nasi uduk ini biasanya di campur dengan bawang goreng , telur dadar, mentimun, dan sambal. atau mungkin sobat JPG disini ada yang belum pernah nyoba Nasi Uduk ? wah bakal nyesel deh kalo belum nyobain. kalo main ke Jakarta jangan lupa cobain Nasi yang enak 1 ini loh ya :)
Gabus Pucung
Gabus pucung merupakan sebuah jenis masakan khas betawi yang sering juga dijumpai di daerah Bekasi. Bahan utama dari masakan ini adalah ikan gabus yang dipadukan dengan kuah yang hampir mirip dengan rawon dari Jawa Timur.
Jujur aja admin belum pernah nyobain nih yang namanya Gabus Pucung, pernah liat sih, tapi entah kenapa admin gak tertarik untuk mencobanya, mungkin karena admin gak terlalu suka makan ikan kali ya hehe xD
Seni Bela Diri Betawi
Beksi / Pencak Silat
Sejak dahulu kala, masyarakat Betawi selalu dikenal dan diidentikan dengan pencak silat dan pengajiannya. Kabarnya, sejak zaman kompeni Belanda, remaja Betawi selalu dituntut untuk rajin beribadah dan mampu menjaga diri dengan mempelajari ilmu beladiri pencak silat. Tak heran ilmu beladiri ini menjadi salah satu jenis kebudayaan milik masyarakat Betawi.
Di tanah Betawi ini, ternyata banyak menyimpan berbagai jenis seni beladiri, salah satunya silat Beksi. Seni beladiri yang satu ini merupakan perpaduan antara bela diri dengan seni, keindahan, dan ketepatan dalam mencapai sasaran lawan. Tak hanya itu, meski tak mengenyampingkan keindahan gerak, kekuatan tenaganya tak bisa dianggap remeh. Kecepatan serta kedinamisan dalam gerak inilah yang dapat memukul lawan hingga tak berdaya dan mungkin berakibat fatal.
Dalam silat Beksi, olah pukul yang menitikberatkan pada sikut atau bagian luar daerah lengan menjadi ciri khas pukulan jenis silat ini. Dengan memanfaatkan kekuatan lawan, pukulan beksi dapat mengakibatkan lawan terluka dan berakibat fatal. Hal inilah yang diandalkan jagoan-jagoan Betawi saat berhadapan dengan lawannya.
Salah satu tokoh silat Betawi Beksi, Bang Endang SH mengaku, keseluruhan gerakan yang terangkum dan tertata secara dinamis ini menjadikan silat Beksi sebagai ilmu beladiri yang berbeda dengan ilmu beladiri lainnya. Dari keindahan gerak inilah, silat Beksi banyak digunakan atau diperagakan dalam prosesi palang-pintu pada acara pernikahan adat Betawi bagian Selatan.
Pada silat Beksi terdapat 18 jurus dengan 9 jurus dasar yang disebut formasi. Sementara, atraksi Betawi yang sering melibatkan silat Beksi adalah prosesi Palang Pintu dan Sambut Makna dengan menggunakan formasi jurus beregu dan jurus individu. “Karena kemantepan dalam gerak pas dilakukan pada palang-pintu agar lebih greget,” kata Endang kepada beritajakarta.com, Sabtu (1/5).
Selanjutnya Endang mengaku, jika pencak silat Beksi sudah ada semenjak zaman kolonial Belanda. Hal itu dibuktikan dengan adanya penggunaan beladiri ini semenjak abad ke 18. Jenis beladiri ini telah diwariskan secara turun temurun hingga sampai kepada tokoh besar silat Beksi, H Hasbullah, yang membuka perguruan Beksi di Kabayoranlama, Jakarta Selatan.
Endang mengisahkan bawa silat Beksi ini berasal dari China yang dibawa oleh Lie Ceng Oek. Di Tanah Betawi ini kemudian Lie Ceng Oek membentuk sebuah perguruan pencak silat di daerah Dadap, Tangerang. Untuk melestarikan ilmu silat Beksi, Lie Ceng Oek menurunkan ilmua kepada muridnya yang bernama Ki Marhali dan dilanjutkan oleh H Ghazali. Dari situ kemudian ilmu diturunkan lagi kepada H Hasbullah dan generasi berikutnya.
Dalam perkembangannya, silat Beksi tumbuh di daerah Betawi pinggiran udik atau daerah Selatan Jakarta seperti daerah Pesanggrahan, Kebayoranlama, Ciledug, dan sebagian daerah di Tangerang. Perpaduan ilmu Beksi yang dibawa Lie Ceng Oek dengan gerakan yang diciptakan oleh sesepuh Beksi asal Betawi, menjadikan ilmu Beksi ini sebagai seni beladiri Betawi.
Di tanah Betawi ini, ternyata banyak menyimpan berbagai jenis seni beladiri, salah satunya silat Beksi. Seni beladiri yang satu ini merupakan perpaduan antara bela diri dengan seni, keindahan, dan ketepatan dalam mencapai sasaran lawan. Tak hanya itu, meski tak mengenyampingkan keindahan gerak, kekuatan tenaganya tak bisa dianggap remeh. Kecepatan serta kedinamisan dalam gerak inilah yang dapat memukul lawan hingga tak berdaya dan mungkin berakibat fatal.
Dalam silat Beksi, olah pukul yang menitikberatkan pada sikut atau bagian luar daerah lengan menjadi ciri khas pukulan jenis silat ini. Dengan memanfaatkan kekuatan lawan, pukulan beksi dapat mengakibatkan lawan terluka dan berakibat fatal. Hal inilah yang diandalkan jagoan-jagoan Betawi saat berhadapan dengan lawannya.
Salah satu tokoh silat Betawi Beksi, Bang Endang SH mengaku, keseluruhan gerakan yang terangkum dan tertata secara dinamis ini menjadikan silat Beksi sebagai ilmu beladiri yang berbeda dengan ilmu beladiri lainnya. Dari keindahan gerak inilah, silat Beksi banyak digunakan atau diperagakan dalam prosesi palang-pintu pada acara pernikahan adat Betawi bagian Selatan.
Pada silat Beksi terdapat 18 jurus dengan 9 jurus dasar yang disebut formasi. Sementara, atraksi Betawi yang sering melibatkan silat Beksi adalah prosesi Palang Pintu dan Sambut Makna dengan menggunakan formasi jurus beregu dan jurus individu. “Karena kemantepan dalam gerak pas dilakukan pada palang-pintu agar lebih greget,” kata Endang kepada beritajakarta.com, Sabtu (1/5).
Selanjutnya Endang mengaku, jika pencak silat Beksi sudah ada semenjak zaman kolonial Belanda. Hal itu dibuktikan dengan adanya penggunaan beladiri ini semenjak abad ke 18. Jenis beladiri ini telah diwariskan secara turun temurun hingga sampai kepada tokoh besar silat Beksi, H Hasbullah, yang membuka perguruan Beksi di Kabayoranlama, Jakarta Selatan.
Endang mengisahkan bawa silat Beksi ini berasal dari China yang dibawa oleh Lie Ceng Oek. Di Tanah Betawi ini kemudian Lie Ceng Oek membentuk sebuah perguruan pencak silat di daerah Dadap, Tangerang. Untuk melestarikan ilmu silat Beksi, Lie Ceng Oek menurunkan ilmua kepada muridnya yang bernama Ki Marhali dan dilanjutkan oleh H Ghazali. Dari situ kemudian ilmu diturunkan lagi kepada H Hasbullah dan generasi berikutnya.
Dalam perkembangannya, silat Beksi tumbuh di daerah Betawi pinggiran udik atau daerah Selatan Jakarta seperti daerah Pesanggrahan, Kebayoranlama, Ciledug, dan sebagian daerah di Tangerang. Perpaduan ilmu Beksi yang dibawa Lie Ceng Oek dengan gerakan yang diciptakan oleh sesepuh Beksi asal Betawi, menjadikan ilmu Beksi ini sebagai seni beladiri Betawi.
Oke sobat, itulah Pengetahuan singkat tentang Suku betawi yang admin rangkum dari berbagai sumber.
oh iya sebelumnya mohon maaf kalau infonya kurang lengkap atau mungkin ada info yang salah harap di maklumi, karena admin hanyalah Manusia biasa yang penuh dengan kekurangan xD.
kalau sobat mau nambah"in Info yang salah atau mungkin kurang di artikel ini silahkan beri komentarnya di bawah ya !!
See you on next article :)